Jumat, 06 April 2012

stratifikasi sosial


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang
Masyarakat manusia terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri pembedanya bisa berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan. Semua manusia dilahirkan sama seperti yang selama ini kita tahu, melalui pendapat para orang-orang bijak dan orang tua kita atau bahkan orang terdekat kita. Pendapat demikian ternyata tidak lebih dari omong kosong belaka yang selalu ditanamkan kepada setiap orang entah untuk apa mereka selalu menanamkan hal ini kepada kita.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Beberapa pendapat sosiologis  mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian anggota masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan kemampuan berpikir manusia. Pembedaan anggota masyarakat ini dalam sosiologi dinamakan startifikasi sosial[1].
Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian disebut mobilitas sosial. Agar lebih jelas, pemakalah akan menjelaskan tentang stratifikasi sosial.
B.     Tujuan
Mengetahui dasar-dasar pembentukan kelas sosial

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian kelas sosial hampir sama dengan lapisan sosial tanpa membedakan apakah berdasarkan factor uang, tanah, atau kekuasaan. Ada juga yang menggunakan kelas sosia hanya untuk lapisan sosial berdasarkan ekonomi, sedangkan lapisan sosial berdasarkan kehormatan dinamakan kelompok status ( status group ).[2]
Kornblum mendefinisikan kelas sosial hampir sama dengan kasta, hanya saja penentuannya berdasarkan  kriteria ekonomi seperti pekerjaan, penghasilan dan kemakmuran. Biasanya kelas sosial bersifat terbuka dan tidak homogen. Artinya, terjadi mobilitas baik keatas maupun kebawah diantara kelas – kelas itu.
Stratifikasi adalah penggolongan suatu individu dalam kelompok sosial secara hirarki (secara bertingkat).
Ketidaksamaan sosial berkenaan dengan adanya perbedan derajat  derajat dalam pengaruh atau prestise sosial antar individu dalam suatu masyarakat tertentu. Ada dua segi penting dalam stratifikasi sosial, pertama, ketidaksamaan sosial hanya mengenai perbedaan antar individu dalam pengaruh sosial yakni aksi individu akan diikuti atau ditiru oleh individu lainnya atau prestise dimana individu dihormati dan dihargai. Kedua, ketidaksamaan sosial mengimplikasikan ketidaksamaan antar individu, bukan antar suatu kelompik-kelompok yang berlainan. Apabila terjadi ketidaksamaan, individu mencapai kedudukan tertentu yang berbeda, tetapi mereka sebagai individu atau kelompok.
Berlawanan dengan ketidaksamaan sosial, stratifikasi sosial berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok-kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggotanya mempunyai kekuasaan, prestise, hak-hak istimewa yang tidak sama pula. Definisi tentang masyarakat stratifikasi ini dipengaruhi oleh konsep tentang masyarakat  terstratifikasi oleh  Morton fried “masyarakat stratifikasi adalah masyarakat dimana anggota masyarakat yang sama jenis kelamin dan umurnya tidak mendapat pendapatan atau penghasilan yang sama[3].
Ini jelas melampaui ketidaksamaan fakta dalam pengaruh, kekuasaan, dan hak-hak istimewa. Kekuasaan meliputi kapasitas beberapa individu untuk memerintah individu lainnya, walaupun diluar kehendaknya. Hak-hak istimewa berkenaaan dengan kekayaan dan keuntungan material lainnya. Perbedaan dari hak-hak istimewa juga merupakan bagian dari stratifikasi, dan biasanya dalam masyarakat terstratifikasi ketidaksamaan prestise berasal dari ketidaksamaan dan hak-hak istimewa.
B.     Teori-Teori Stratifiksasi Sosial
Para ilmuan sosial banyak mengeluarkan teori-teori sosial demi mudahkan mereka untuk menganalisis masalah-masalah yang terjadi didalam masyarakat. Mereka mengeluarkan teori-teori sosial dengan cara mengamati hal-hal yang terjadi disekitarnya dari hari kehari. Ada juga yang melakukan observasi kelapangan untuk mengetahui secara mengakar masalah-masalah yang terjadi dimasyarakat. Itu semua dilakukan oleh para ilmuan sosial agar masalah yang terjadi di masyarakat bisa ditemukan titik temu, sehingga pada akhirnya masalah tersebut bisa ditemukan jalan keluar. Pada masa dahulu para orang yang ada di strata bawah di jadikan budak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ada yang rela bekerja keras tanpa digaji oleh Tuan-tuannya, budak itu tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kaum yang mempunyai materi yang banyak. Berbagai cara dilakukan, oleh strata atas untuk mempertahankan startanya yang sulit dicapai oleh orang yang ada dibawah strata bawah itu. Pada zaman modern ini banyak masyarakat yang mulai mengerti dengan stratifikasi sosial ini. Sekarang Masyarakat mulai berpikir betapa pentingnya stratifikasi di dalam masyarakat agar individu yang hidup dalam suatu kelompok atau masyarkat bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan dihormati oleh individu-individu yang ada disekitarnya. Dengan pola pikir modern yang dimiliki individu yang ada dalam masyarakat mulai bersaing dalam kehidupan sosial. Sehingga tak jarang di masyarakat terjadi konflik sosial akibat dari terjadinya persaingan untuk menduduki strata yang atas, untuk lebih jelasnya maka kami akan memberi penjelasan teori-teori sosial yang di kemukakan oleh para ilmuan sosial.
Ketika sistem feudal runtuh massa petani tergusur dari lahan dan pekerjaan tradisional mereka. Mereka lari kekota untuk memperoleh pekerjaan yang hanya sedikit tersedia. Karena mereka yang bekerja keras tapi digaji yang sedikit oleh para Borjois,. Mereka dengan uang seadanya tidak bisa merubah penampilannya, pakaiannya pun yang di pakai compang-camping. Karx Marx (1883) dan Eangels (1967) menyimpulkan bahwa kelas sosial tergantung pada suatu faktor tunggal yaitu alat produksi (peralatan, pabrik, lahan dan modal) yang digunakan untuk memproduksi kekayaan[4].
            Marx beragumentasi bahwa pembedaan yang sering dibuat oleh manusia diantara mereka sendiri seperti pakaian, tutur bicara, pebdidikan, gaji atau sekarang mobil itu adalah hal yang dangkal. Menurut Marx hanya ada dua kelas manusia: kaum borjois yaitu mereka yang memiliki alat produksi dan kaum proletar yaitu kaum yang bekerja untuk pemilik alat produksi pendeknya hubungan orang dengan alat produksi menentukan kelas sosial.
            Kaum kapitalis akan menjadi semakin kaya dan permusuhan akan meningkat. Jika menyadari kaum kapitalis merupakan kaum penindasan terhadap kaum proletar, mereka akan bersatu dan melepaskan diri dari kaum penindasan. Dari situlah banyak individu ingin menjadi kaum yang ada di lapisan atas. Persaingan hidup di dalam masyarakat akan bertambah meningkat. Dengan demikian satu-satunya pembeda yang patut disebut ialah apakah sesorang adalah  seorang pemilki atau seorang pekerja. Marx menentukan bahwa hal tersebut menentukan segalanya, karena kepemilikan menentukan gaya hidup orang, membentuk ide-ide mereka dan menetukan hubungan seseorang dengan orang lain.
            Menurut tokoh sosial yang bernama Max Weber (1864-1920) adalah seorang pengkritik keras atas ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh Marx. Weber menyatakan bahwa kepemilikan hanyalah suatu bagian saja dari keseluruhan gambaran. Kelas sosial, menurutnya terdiri dari tiga komponen yaitu kepemilkan, prestise dan kekuasaan (property, prestise and power) dari kelas sosial atau sering disebut 3P, meskipun Weber menggunakan istilah kelas, status, dan kekuasaan, namun para sosiolog berpendapat bahwa kepemilikan prestise, dan kekuasaan merupakan istilah yang lebih jelas.
            Weber berpendapat suatu kepemilikan  atau kekayaan jelas penting untuk menentukan kedudukan individu dalam masyarakat, dalam hal ini dia sependapat dengan Marx. Namun demikian menurut Weber, kekayaan bukanlah satu-satunya aspek penting dari kepemilikan. Prestise, unsur kedua dalam analisis Weber, sering bersumber dari kepemilikan karena seseorang sering memuja individu yang memiliki kekayaan. Namun prestise dapat didasarkan pada faktor lain. Meskipun para peraih medali olimpiade, misalnya mungkin tidak mempunyai kepemilikan, mereka mempunyai prestise tinggi. Dengan kata lain kepemilikan bukan berjalan satu arah: meskipun kepemilikan dapat membawa prestise, namun prestise pun dapat membawa kepemilikan. Kekuasaan, unsur ketiga dari kelas sosial merupakana kemampuan untuk mengendalikan orang lain, bahkan orang itu berkeberatan. Weber setuju dengan Marx bahwa kepemilikan merupakan salah satu sumber utama kekuasaan, namun ia menambahkan bahwa kepemilikan bukanlah satu-satunya sumber prestise, misalnya dapat diubah menjadi kekuasaan. Misalnya Ronald Reagan, seorang actor menjadi presiden Negara terkuasa di dunia. Memperlihatkan bagaimana kepemilikan, prestise dan kekuasaan saling berhubungan.
Menurut analisis karl marx, terdapat dua kelas dalam masyarakat kapitalis yang dibedakan berdasarkan kepemilikan alat–alat produksi, yaitu:[5]
·         Kelas borjuis, memiliki dan menguasai alat-alat produksi (pabrik-pabrik dan mesinnya).
·         Kelas proletat, tidak memiliki alat produksi (hanya tenaga kerja) sehingga harus bekerja bagi kaum borjuis.
Namun menurut Max Weber ( johnson, 1998: 223- 226), sebenarnya ada tiga kriteria perbedaan antar kelas sosial, yaitu sebagai berikut;
·         Kekayaan
·         Prestise
·         Kekuasaan



Disaat berkembangnya zaman dan berubahnya waktu, timbullah sebuah teori baru untuk bisa menganalisis suatu masalah masyarakat pada saat ini.
1.      Teori Evolioner Fungsionalis
Beberapa teori stratifikasi telah dikemumkakan oleh ilmuwan sosial pada halaman terdahulu. Teori yang paling dikenal dalam stratifikasi adalah Teori evolioner fungsionalist falcot person. Person menganggap evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang yang disebut sebagai kapasitas adaptif. Kapasitas adaptif adalah kemampuan masyarakat untuk merespon lingkungan dan mengatasi berbagai masalah yang selalu dihadapi manusia sebagai makhluk sosial. masyarakat berevolusi berabad-abad. Menurut person, melalui kapasitas adaptif yang semakin tinggi. Jadi masyarakat kontemporer memiliki kemampuan adaptifnya yang semakin efisien dibanding masa sebelumnya. Timbulnya stratifikasi sosial sebagai aspek penting dari evolusi akibat kapasittas adaptif dalam kehidupan sosial.
2.      Teori Surplus Lenski
Teori ini beranggapan kesamaan dasar dapat terjadi dimasyarakat dimana kerjasama menjadi hal yang esensial dalam mencapai kepentingan individu. Individu akan bekerja sama untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Tetapi jika kondisi tidak memungkinkan maka konflik dan stratifikasi akan terjadi. Jika terjadi surplus, perebutan untuk menguasai tidak dapat dihindari dan surplus akhirnya dikuasai oleh kelompok individu atau kelompok yang paling berkuasa, surplus tersebut ditentukan oleh kemampuan teknologi masyarakat. Jadi surplus ekonomilah yang menyebabkan berkembangnya stratifikasi.
3.      Teori kelangkaan
Merupakan deviasi pemikiran Michel Harner, Morton Fried dan Rae Lesser. H. teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama muncul dan semakin intensitasnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk. Tekanan penduduk terhadap sumber daya menyebabkan masyarakat pemburu dan peramu. Makin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan masyarakat holtikultura makin memperhatikan pemilik tanah. Semakin langka tanah yang layak untuk bercocok tanam, menyebabkan egoisme timbul di dalam tubuh masyarakat untuk mempunyai tanah lebih luas dari pada orang lain.
C.    DASAR- DASAR PELAPISAN DALAM MASYARAKAT
Selama didalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut, maka hal itu merupakan bibit yang dapat menumbuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat yang bersangkutan Ukuran atau criteria yang biasanya dipakai untuk menggolong- golongkan anggota- anggota masyarakat kedalam lapisan–lapisan tersebut adalah sebagai berikut:[6]
1.      Ukuran kekayaan. Ukuran kekayaan ( kebendaan ) dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat pda bentuk rumah yang bersangkuta, berupa mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian sertabahan pakaian yang dipakainya, kebiasan untuk berbelanja barang–barang mahal, dan sebagainya.
  1. Ukuran kekuasaan. Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan yang tertinggi. Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3.      Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran – ukuran kekayan dan / atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpain pada masyarakat – masyarakat tradisionil. Biasanya meraka adalah golongan tua  atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.
4.      Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai leh masyarakat–masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran – ukuran tersebut menyebabakan dampak – dampak yang negatif, oleh karena itu bahwa ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal. 
Ukuran tersebut diatas, tidaklah bersifat limiatif, dikarenakan masih ada ukur lain yang dapat dipergunakan. Akan tetapi ukuran – ukuran tersebut yang menonjol sebagai dasar timbulnya sistim berlapis- lapis dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
M. Henslin, James. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi edisi 6. Jakarta: Erlangga
Muin ,Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Jilid I untuk kelas X.  Jakarta: Erlangga
Sabtono, Bambang suteng sulasmono. 2007. Sosiologi SMA/MA Jilid 2 untuk kelas XI. Jakarta: Phibeta Aneka Gama
Soekanto, Soerjono. 1969. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press
Soekanto, soerjono. 1993. Beberapa Teori sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Citar Niaga Raja Wali Press


[1]http// stratifikasi-sosial.html
[2] Idianto Muin, Sosiologi SMA/MA Jilid I untuk kelas X, ( Jakarta : Erlangga, 2006), hal. 88
[3] .stephen k. sanderson.  makro sosiologi. 2003                                           
[4] James M. H. Sosiologi dengan Pendekatan Mebumi. 2007.  Surabaya: Erlangga, hal. 183
[5]  Sabtono,bambang suteng sulasmono, Sosiologi SMA/MA Jilid 2 untuk kelas XI, ( Jakarta: PHIBETA ANEKA GAMA , 2007), hal. 22
[6] Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: UI PRESS, 1969 ), hal.141-142

2 komentar:

  1. tlong d komentar sbg bhan koreksi.....

    BalasHapus
  2. Casino Hotel Reno - MapyRO
    Find the 제주 출장마사지 cheapest 제천 출장샵 and quickest way to get from Casino Hotel Reno to 광주광역 출장마사지 the Casino Hotel 대전광역 출장안마 Reno with 시흥 출장샵 MapyRO. Sign up and make a qualifying deposit.

    BalasHapus